Selasa, 28 November 2017

Ternyata Penggunaan Antibiotik Tidak Boleh Sembarangan Lho!

Dulu kalau gusi saya bengkak, dikit-dikit saya ke apotik sebelah. Saya beli Amoxilin buat pereda nyeri. Ternyata penggunaan antibiotik tidak boleh sembarangan guys. Belum lagi kalau saya deman. Saya akan minum Amoxilin plus Paracetamol. Duh. Sekarang sih saya sudah jarang nyeri gigi. Saya pun sudah meninggalkan kebiasaan mengonsumsi antibotik tanpa resep dokter. Saya sadar bahwa akan ada risiko yang fatal jika saya melakukan hal demikian. 

Beruntung saya mendapat sedikit pencerahan mengenai bahaya penggunaan antibiotik dari Kementerian Kesehatan beberapa waktu silam. Acara bertajuk Temu Blogger Kesehatan yang dihadiri para blogger dan pegiat media sosial meramaikan Hotel Grand Aston, Selasa 21 November 2017. 
Apa saja guys yang dibahas dalam diskusi tersebut?

Sebelum acara dimulai para peserta melakukan check kesehatan, mulai dari tinggi & berat badan, lingkar pinggang, check kolesterol dan gula darah, juga konsultasi kesehatan oleh dokter. Kadar kolesterol dan tekanan darah saya normal, akan tetapi saya harus mengatur menu harian dan berolahraga agar berat badan saya kembali ideal karena berat badan saya bertambah. 
Sesuai dengan Intruksi Presiden No 1 Tahun 2017 melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS), Kementerian Kesehatan RI ingin mensosialisasikan luas tentang kesadaran,  upaya-upaya berperilaku sehat, dan masalah penggunaan obat pada masyarakat. 

Acara dibuka dengan sambutan-sambutan terlebih dahulu. Pertama dari Bapak Indra Rizon, sekali Kepala Bagian Hubungan Media Kemenkes RI, kemudian dilanjut Kepala Bagian Sumber Daya Kesehatan Dinkes Propinsi DIY. Tak lupa sebelum ke acara inti, sang MC mengajak kita melakukan senam dan sesi ice breaking. Seru juga soalnya baru pertama kali saya ikut senam di acara indoor seperti ini. 

Lanjut ya...  

Pemateri dalam acara ini ada 4, yakni Ibu Julian Hardiah, M. Kes. (Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta), Ibu Mariyatul Qibtiyah S. Si., Sp. Frs. (Komite pengendalian Resistensi Mikroba Kemenkes RI), Dra. Arrosianti Zahrul falah, Apt., serta Bapak Indra Rizon (Kepala Bagian Hubungan Media dan Lembaga). 

Karena materi dari ke empat narasumber cukup banyak. Saya ringkas saja pembahasannya mencangkup 3 poin inti yang meliputi, GERMAS, masalah penggunaan obat di masyarakat, dan antibiotik. 

Tadi di bagian awal sudah dijelaskan sedikit tentang GERMAS. Nah bagaimana sih cara mewujudkan GERMAS? Apa sih fokus dan Tujuan GERMAS? Fokus kegiatan GERMAS berupa pelaksanaan aktivitas fisik, konsumsi sayur dan buah yang memadai, serta pemeriksaan kesehatan secara berkala. Untuk itu hal yang perlu dilakukan berupa peningkatan aktivitas fisik, peningkatan perilaku hidup sehat, penyediaan pangan sehat, percepatan gizi, pencegahan dan deteksi dini penyakit, peningkatan kualitas lingkungan dan edukasi hidup sehat.  
Bapak Indra Rizon (Kepala Bagian Hubungan Media dan Lembaga) Sedang menjelaskan tentang GERMAS
Selain tentang GERMAS, salah satu hal yang banyak disorot atau dibicarakan dalam acara ini yakni tentang masalah penggunaan obat pada masyarakat. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, sebanyak 27,8% masyarakat menggunakan antibiotik tanpa resep dokter. Tiga di antara tanda kurang pengetahuan dan informasi masyarakat tentang obat resep dokter yaitu kepatuhan pasien terhadap aturan dan dosis obat sangat rendah, mispersepsi obat generik sebagai obat murah dan tidak manjur (padahal kenyataannya tidak demikian), dan pembelian obat keras secara bebas (tanpa resep dokter). Padahal, penggunaan obat bebas (OTC) tanpa pengetahuan dan informasi yang memadai dapat menyebabkan masalah kesehatan baru, seperti kejadian efek samping, reaksi hipersensivitas, dan sebagainya. 

Selain itu masyarakat kudu cerdas ketika mengonsumsi obat. Cerdas yang bagaimana? Cerdas di sini maksudnya cerdas dalam memilih obat yang tepat, berikut tentang cara mendapatkannya, menggunakannya, menyimpannya, dan membuangnya. Perhatikan pula mengenai dosis, aturan penggunaan, efek sampingnya, indikasi/khasiatnya, jenis dan nama kandungan zatnya. Cermati pula apakah ibu hamil dan menyusui, serta penderita alergi tertentu  boleh mengonsumsi obat tersebut. 

Masih berkaitan dengan penyimpanan obat. Nah, kerapkali kita menyimpan obat sembarangan dan mudah dijangkau anak-anak. Ada baiknya kita menyimpan obat pada kotak khusus yang jauh dari jangkauan anak-anak. Tujuannya apa? Menghindari risiko jika ternyata anak-anak malah menelan obat tersebut. Berikutnya, jangan menyimpan obat spray (aerosol)  di tempat bersuhu tinggi. Lemari pendingin tidak untuk menyimpan sirup. Freezer tidak untuk menyimpan obat. Sisa antibiotik harus dimusnahkan agar tidak menjadi limbah medis yang berbahaya bagi lingungan. 

Next...

Tahukah kamu bahwa ketika kamu menderita pilek artinya itu cara tubuh melindungi paru-paru dari penumpukan lendir? Demikan pula ketika muntah dan diare, tubuh melindungi diri dengan membuang zat-zat beracun dari tubuh. Betapa istimewa ya sistem kerja tubuh kita ya? Nah makanya ketika kita terserang flu atau pilek, jangan dikit-dikit beli antibiotik. Sebab tubuh akan bekerja membentuk sistem imun secara alami untuk proses kesembuhan. Kedua, flu bukanlah penyakit yang disebabkan oleh bakteri tetapi virus. Penggunaan antibiotik seharusnya untuk bakteri, bukanlah virus. 

Dari tadi ngomongin antibiotik mulu. Ngomong-ngomong antibiotik itu apa sih? Antibiotik dapat dikatakan sebagai obat untuk menghambat pertumbuhan bakteri penyebab infeksi. FYI, antibiotik tidak mempan untuk membunuh jamur maupun virus ya. 

Sejarah penemuan antibiotik cukup panjang. Maka, berterima kasihlah kepada Alexander Flemming penemu antibiotik Penicilin (1928). Tidak semua bakteri itu jahat lho. Beberapa bakteri memang menyebabkan penyakit. Namun banyak juga bakteri yang bermanfaat bagi manusia. Bakteri-bakteri tersebut malah dikembangkan untuk industri makanan, kecantikan, dan sebagainya. Penggunaan antibiotik secara bijak mencegah timbulnya resistensi. Artinya bakteri akan kebal terhadap antibiotik sehingga akan mengganggu proses penyembuhan suatu penyakit. 

Ternyata penggunaan antibiotik tidak boleh sembarangan kan? Ada aturan pakai dan penyimpanan. Kira-kira seperti itulah sedikit ringkasan dari 4 narasumber/pameteri tersebut. 
Sesi kedua adalah bonus bagi blogger Jogja. Di kesempatan ini Kemenkes menghadirkan narasumber dari kalangan blogger, Om Pepih Nugraha. Pada sesi ini kita dibersamai oleh Mbak Wardah Fajri as moderator. Mbak Wardah Fajri ini PIC (Person In Charge) sekaligus blogger juga lho, blogger kesehatan Kemenkes tepatnya.

Pepih Nugraha, Jurnalis sekaligus blogger yang juga founder Kompasiana dan Pepnews! Ini menyampaikan poin-poin penting tentang etika di dunia maya (netiket/etiket netizen). Apa saja sih netiket di dunia maya? Pertama-tama yang perlu diperhatikan adalah konten apa yang kamu share itu akan berdampak positif atau negatif. Meski medsos itu sekilas kita bebas mengutarakan apa saja, kenyataannya tidak demikian. Ada UU ITE yang mengatur dan menjerat ketika seseorang bertindak kebablasan, misalkan melakukan pencemaran nama baik dan pelanggaran hukum via facebook. Kedua, behentilah bertikai dan menyalahgunakan kekuatan atau kekuasaan. Maksudnya menggunakan kekuasaan dan kekuatan untuk menyebarkan kebencian. Terakhir, gunakan medsos untuk memperkenalkan sisi positif dan keahlian/skill kita ke masyarakat luas. Ini poin paling penting guys. Kata Kang Pepih, share your expertise! 

Saya sangat berkesan dengan acara Temu Blogger Kesehatan selama sehari bersama Kemenkes. Terutama bagian games dan ice breaking. Edukasi tentang GERMAS dan antibiotik pun tak kalah menarik. Keren bangetlah pokoknya.  

Semoga acara ini dapat dinikmati masyarakat luas, terutama di lingkungan akademik kampus dan di daerah-daerah pelosok sehingga masyarakat mendapat informasi yang memadai tentang penggunaan obat dan antibiotik serta upaya-upaya menjaga kesehatan diri dan lingkungan melalui GERMAS.
See you next time! Semoga bisa berjumpa di acara Kemenkes tahun depan. Amin.