Jumat, 25 Maret 2016

#WonderfulEclipse 2016 : Semua Mata Tertuju Padamu

Kasak-kusuk mulai terdengar. Ini tentang persiapan menyambut Gerhana Matahari Total (GMT) yang jatuh pada tanggal 9 Maret 2016. Peristiwa langka yang layak diabadikan. Indonesia adalah titik sorot itu. Semua mata tertuju padanya.

Kasak-kusuk itu bergema bahkan jauh-jauh hari sebelum tanggal 9 Maret. Beberapa media pun banyak yang mulai posting berita tentang gerhana matahari. Blogdetik bekerjasama dengan Kementrian Pariwisata mengundang para blogger, vlogger (video blogger) dan juga fotografer untuk berpartisipasi dalam Laskar Gerhana Matahari. Ini adalah kesempatan langka di mana mereka yang terpilih diberi kesempatan untuk mengabadikan momen tersebut dalam bentuk tulisan, foto, dan video di titik yang dilalui gerhana matahari total. 

Bom waktu meledak di suatu pagi bertanggal 9 Maret. Linimasa  media sosial seperti facebook dan twitter ramai membicarakan si gerhana. Belum lagi media online dan offline. Ramai sekali seperti pasar. Percakapan yang tiada surut. Banjir ciutan dengan tagar #GMT atau #WonderfulEclipse menggema di mana-mana.

Saya pun mendapat kiriman foto-foto dari kawan kuliah yang kini telah balik ke Palembang. Diah Ayu Wanaputri nama kawan tersebut. Diah mendokumentasikan peristiwa tersebut dalam bentuk foto dan video. Berikut video berdurasi 57 detik beserta foto-foto yang diambil di Jalan Prabumulih, Palembang. Terima kasih Diah tas kirimannya. 



#WonderfulEclipse di Palembang. Credit : Diah Ayu Wanaputri
#WonderfulEclipse di Palembang. Credit : Diah Ayu Wanaputri
Diah bercerita kepada saya melalui obrolan di facebook bahwasanya masyarakat dan wisatawan yang menyempatkan diri berkunjung ke Palembang sangat antusias menyaksikan momen tersebut. Sayangnya mereka sedikit kecewa lantaran asap nan pekat dari cerobong pabrik industri pupuk menghalangi mereka dalam mengabadikan momen gerhana. Namun, hal-hal semacam itu tak menyurutkan langkah para pemburu gerhana untuk mengabadikan momen yang barangkali beratus purnama mereka akan bisa menyaksikannya kembali. Di daerah atau negeri yang berbeda. 
Awan pekat dan asap pabrik menghalangi pandangan. Credit : molsumsel.com
Dua hal yang saya tidak sukai di dunia ini adalah gelap dan senyap. Sewaktu kecil ibu saya berkata tentang cerita Bathara Kala memakan bulan kala terjadi gerhana matahari. Ingin saya memejamkan mata dan menarik selimut erat-erat sembari menutup telinga. Saya begitu ketakutan. Ah, anak-anak adalah makhluk yang rapuh, lemah, dan mudah ditakut-takuti.

Mitos tersebut terdengar mengada-ngada dan tidak berdasar. Cerita yang diturunkan dari mulut ke mulut oleh orangtua terdahulu. Kini hal-hal semacam itu saya anggap sebagai semacam folklore. Bagian dari kekayaan budaya Indonesia yang bisa dinikmati dalam bentuk dongeng dalam suguhan cerita rakyat nusantara.

Ibu saya menambahkan, kalau terjadi peristiwa gerhana matahari lebih baik tinggal di rumah saja. Tak perlu bermain keluar. Nanti anak-anak diculik Sang Bathara untuk dijadikan santapan. Ada-ada saja. Saya tertawa geli ketika mengenang hal tersebut.

Oh ya satu hal lagi, jangan menonton langsung gerhana matahari dengan mata telanjang, nanti bisa buta. Lebih baik berdiam di rumah bersama keluarga sembari menyaksikan siaran langsung gerhana matahari melalui TVRI. Pungkas ibu saya.

Zaman berubah. Di era digital ini, jika kita tak sempat menonton siaran langsung melalui televisi, kita bisa menyaksikan live streaming gerhana matahari melalui internet. Bisa diunduh dan disimpan lagi.

Gerhana matahari terjadi saat matahari, bulan, dan bumi dalam posisi sejajar. Untuk menyaksikan bagaimana berlangsungnya proses gerhana matahari, kita memerlukan kacamata dengan filter khusus (solar filter) atau bisa juga melalui kamera lubang jarum. Jika kita memaksa menyaksikan dengan mata telanjang, risikonya adalah retina mata kita akan rusak dan itu berbahaya. Bahkan kamera, teleskop, teropong pun kudu diberi filter tersebut supaya tidak merusak sensornya.
Teleskop dan kamera sudah diberi filter khusus matahari (solar filter). Credit : fujix-forum.com
Teleskop dan kamera sudah diberi filter khusus matahari (solar filter). Credit : fujix-forum.com
Euforia dan gegap gempitanya tidak hanya dirasakan di dalam negeri. Jauh-jauh hari para wisatawan asing dari berbagai negara telah memesan tiket dan hotel di sejumlah daerah yang menjadi jalur gerhana matahari total. Jika diakumulasi kira-kira ada 11 propinsi yang dilalui jalur gerhana.

Para ilmuwan pun tertarik mengamati fenomena ini. Bukan hanya mereka yang memiliki latar belakang astronomi dan fisika. Tetapi juga ada sekelompok peneliti dari LIPI yang mengamati bagaimana perilaku hewan tertentu saat berlangsungnya gerhana matahari. Apakah hewan-hewan yang menjadi objek penelitian menunjukkan perilaku abnormal atau tidak. Kecenderungan perubahan perilaku ini kerap terjadi pada hewan nokturnal (aktif dan mencari makan pada malam hari) dan diurnal (aktif dan mencari makan pada siang hari). Hewan yang terbiasa aktif di siang hari menjelang gerhana matahari total lebih banyak diam dan mengurangi aktivitasnya seolah-olah malam menjelang. Begitupun sebaliknya.

Seperti yang dilansir dari nationalgeographic.co.id, para peneliti LIPI dari Pusat Penelitian Biologi menemukan beberapa perilaku tidak biasa pada beberapa hewan. Hewan-hewan yang berperilaku tidak biasa tersebut seperti terkena tipuan malam meski hanya sejenak. Hewan-hewan tertentu memang sangat sensitif terhadap intensitas cahaya matahari, contohnya babi, kukang dan beberapa jenis burung.

Dari sisi sains saja momen gerhana matahari sudah sangat menarik. Bagaimana dengan sisi yang lain. Sosial, budaya, dan ekonomi misalnya? Untuk menarik sejumlah pengunjung beberapa wilayah yang menjadi jalur gerhana menyajikan atraksi dan festival budaya. Selain sholat gerhana tentunya. Misal nih, di Palembang ada Ruwatan Bumi Sriwijaya dan Ritual Sambut Tuah Sungai yang diikuti wisata kuliner dan lomba foto internasional wonderful GMT. Untuk menyambut para pemburu gerhana di Ternate, Sultan Tidore Husain Syah menggelar Ritual Dolo-Dolo. Festival budaya yang digelar dimaksud untuk mempromosikan potensi wisata Maluku Utara. Di Poso ada festival Kawaninya. Tentu saja di setiap daerah memiliki atraksi dan festival budaya yang berbeda-beda. Tak dapat dipungkiri karena euforia gerhana matahari tersebut, arus uang masuk di sektor pariwisata mengalami kenaikan signifikan.

Bagaimana kondisi di Yogyakarta tempat saya tinggal? Meski hanya mengalami gerhana matahari sebagian, ratusan orang menyemut memada Tugu dan Malioboro. Perhatikan video berikut yang diambil dari sebuah drone. Thank to overloops.com for this cool video!


Semua mata tertuju pada momen #WonderfulEclipse. Tak peduli apa latar belakang dan tingkat pendidikan mereka. Mau ilmuwan, wartawan, pelajar, fotografer, budayawan, rohaniawan, wisatawan, hingga masyarakat umum. Mereka berkumpul sembari mengabadikan GMT dalam foto, video, tulisan, maupun cuitan di media sosial. Piye Mak, penak jamanku tho?

Barangkali saya dan mereka harus bersabar menunggu puluhan hingga ratusan purnama lagi demi mengabadikan #WonderfulEclipse. 

Jangan lupa di penghujung 2019 gerhana matahari cincin akan melewati bumi nusantara. And i will wait and prepare for it!!!
Antusiasme warga menyaksikan gerhana matahari sebagian di alun-alun utara. Kredit : Jogja Astro Club