Senin, 13 April 2015

Catatan Kecil (Hilangnya Sepeda Biru)

Kayaknya udah lama ya aku enggak ngeblog. Ya iyalah. Aku galau 3 hari kemaren. Sebenarnya udah buat tulisan di draft, tapi aku hapus lagi. Perasaanku lagi enggak sreg aja buat mposting sesuatu. Ini semua karena hilangnya sepeda biru milik teman kosku, Mbak Asih. Parahnya lagi, yang bertanggung jawab atas hilangnya sepeda itu ya aku. Lha siapa lagi? Wong aku yang pinjam tuh sepeda. 

Segala sesuatu ada hikmahnya kok. Aku yakin hilangnya sepeda itu membuatku sadar akan beberapa hal. Sepertinya Allah mengingatku akan kelalaian-kelalaianku. Mungkin aku banyak dosa. Kejadian tersebut membuat aku merenungkan banyak hal. 

Berikut kronologinya...

Jumat, 10 April 2015. Mirota Gejayan. 
Pengalaman ini aku alami pada hari jumat kemaren saat aku ambil uang di ATM Mirota Gejayan. Kira-kira sehabis maghrib. Biasanya aku ke Mirota Gejayan cuma jalan kaki. Kosku kan deket Mirota Gejayan. Ngapain naik sepeda? Namun senja itu aku lagi males jalan kaki. Aku pinjem deh sepeda biru milik Mba Asih. Aku ke ATM. Ngambil duit. Abis itu beli cokelat di Mirota. 

Pulangnya aku jalan kaki. Dasar OON banget yah aku. Masa tuh sepeda aku tinggal di parkiran Mirota begitu aja. Udah tuh sepeda enggak ada kuncinya lagi. Kalau ada maling tuh sepeda tinggal diembat. Ilang dah. Enggak ada jejak. Sepulang dari Mirota, dengan santainya aku makan cokelat sambil facebookan.

Aku benar-benar enggak ingat kalau aku ke Mirota pinjem sepeda Mbak Asih. Sumpah. Aku blank banget. Kerasukan apa sih pikiranku kok enggak inget aku nyepeda ke Mirota Gejayan. Bahkan sampai Sabtu Siang enggak ada yang nanyain tuh sepeda kok enggak ada di garasi kos. 
Sabtu, 11 April 2015. Kos ULYA
Sabtu malam minggu sekitar pukul 11.15 WIB, Si Anis dan Nurul nanyain keberadaan sepeda Mbak Asih. Lha aku yang waktu itu belum tidur jadi pengin tau ada apa kok udah hampir tengah malam tapi pada berisik. Ada apa ini ? Usut punya usut. Ternyata mereka sedang membahas sepeda yang enggak ada di garasi. Lha terus Si Nurul dan Anis memperdebatkan siapa yang pinjam terakhir. Dan tiba giliranku ditanya apakah aku kemaren jumat pinjam sepeda. Lha dengan muka polos aku menjawab kalau aku enggak pinjam sepeda Mbak Asih. Aku ngambil duit di ATM jalan kaki. Ya ampun aku kok segeblek itu ya? Aku benar-benar enggak ingat.

Tika yang sedari tadi di kamar sibuk dengan laptopnya akhirnya menghampiri kami. Dia bilang kalau dia sempat liat tuh sepeda biru nangkring di parkiran Mirota. Dia pikir Nurul yang pakai tuh sepeda dan dia sedang belanja di dalam. Nurul mengelak. Pada waktu kejadian dia sedang rapat persiapan seminar teknopreneur dan lomba Unitech di Student Center lantai 3. Satu-satunya yang menjadi tersangka adalah aku. Lha siapa lagi coba? Kemudian aku mencoba mengingat kronologi kejadian swaktu aku ngambil duit di ATM. Iya benar. Aku ingat. Waktu itu aku minjem sepeda biru karena aku malas jalan kaki. Aku akhirnya minta maaf pada Mbak Asih dan teman-teman Kos ULYA karena dirikulah penyebab 'kerusuhan' malam itu. Besok paginya aku janji akan nanyain perihal sepda biru itu ke satpam atau tukang parkir Mirota.

Minggu, 12 April 2015. 
Keesokan paginya aku udah siap-siap. Kebetulan pada hari itu ada acara Kopdar Blogger KEB. Pagi-pagi betul abis sholat subuh aku langsung prepare dengan baju dan jilbab warna orange. Sekitar pukul 08.00 aku langsung dateng ke Mirota. Aku tanyain ke satpamnya dan juga tukang parkir. Mereka  bilang enggak tahu keberadaan sepeda itu. Itu artinya sepeda biru tersebut hilang. Apa hilang?! Astaga Naga!!!

Bingung aku harus bagaimana? Apapun yang terjadi aku harus bertanggung jawab. Aku harus mengganti sepeda Mbak Asih yang kuhilangkan. Saat itu juga aku ambil uang di ATMku sejumlah Rp 300.000. Aku harap cukup untuk membeli sepeda second yang kualitasnya setara dengan sepeda biru tersebut. Pun jika uangnya masih kurang, aku akan menggesek ATM lagi. 

Maka dimulailah perburuan sepeda second...

Aku dari jam 9 pagi menjelajah ke sepanjang Jogjatronik, Jalan dekat Mandala Krida, dan enggak tahu deh pokoknya udah muter-muter tapi enggak nemu sepeda yang sreg. Kalau enggak sreg di harga, ya enggak sreg di kualitas. Rata-rata yang ada sepeda cowok. Kalau ada sepeda cewek second harganya Rp 450.000-550.000-an. Busyet. Mending aku beli sepeda mini yang baru di toko sepeda yang letaknya di Ringroad Utara. Palingan harganya dibanderol Rp 500.000. Tahun 2013 aku beliin Nurul sepeda baru di sana dan harganya kalau enggak salah Rp 525.000. Oke ini tahun 2015. Mungkin kisaran harga yang layak untuk sepeda mini adalah Rp550.000 ke atas. 

Tapi Mak,saldo ATM-ku jadi berkurang ... hiksss...

Walau bagaimanapun, kejadian seperti ini menuntutku untuk bertanggung jawab atas apapun yang aku lakukan. Aku jadi lebih mawas diri. Lebih berhati-hati kedepannya agar enggak sembrono lagi. Aku enggak ingin akibat perbuatanku, aku malah menzalimi atau merugikan orang lain. Itu malah lebih melukaiku. Bagaimana jika teman-temanku jadi enggak percaya sama aku lagi? Padahal memperoleh kepercayaan orang lain adalah hal yang sulit. Butuh proses untuk mendapatkan kembali kepercayaan itu. Enggap apa-apa kehilangan sedikit materi. Asalkan aku enggak kehilangan teman. 

Di tengah perburuanku mencari sepeda pengganti, aku terganggu oleh sesuatu. Apakah itu? Yupss Kebisingan dari konvoi motor gede. Suaranya alamak. Berapa desibel sih? Kupingku serasa meleleh. Benar-benar membisingkan. Gaduh. Berisik banget. 

Itu konvoi bukan hanya konvoi mode (motor gede) biasa. ternyata eh ternyata itu konvoi salah satu partai politik. Itu lho parpol yang pakai bendera warna hijau muda. Enggak usah sebut mereklah. Aku enggak tahu kenapa para peserta konvoi membunyikan klakson keras-keras. Udah kayak musim pemilu aja. Sumpah kondisi demikian mengganggu kenyamanan pengguna jalan. Woi ini bukan jalan emak lo! inget itu! 

Aku heran, ada apa sih dengan orang-orang ini. Apa budaya ini cuma ada di sebuah negeri bernama Indonesia? Mereka berbuat seenak udel dan membuat kebrisikan. Gini ya kelakuan orang-orang yang digerakkan parpol? Sungguh kurang etis. 

Kebetulan aku melewati sebuah gereja. Biasanya hari minggu para jemaat berkumpul untuk kebaktian gereja. Mereka sedang khusyuk nih ceritanya, Eh tiba-tiba motor-motor itu membunyikan klaksonnya keras, saling bersahutan. Kekhusyukan para jemaat jadi terganggu. Oh aku berharap para peserta konvoi segera enyah dari tempat itu! Aku jadi malu. Gimana pandangan jemaat gereja terhadap peserta konvoi? Sebab peserta konvoi mewakili sebuah partai yang dekat dengan simbol islam.

Islam mengajarkan kedamaian. Islam agamaku. Islam yang mengajariku tentang kasih. Tapi ah karena ini...

Tindakan mereka sangat jauh dari nilai-nilai islam. Membuat orang lain tidak nyaman bukanlah perilaku yang diajarkan oleh Rasulullah. Di antara peserta konvoi ada anak-anak muda yang usianya kurang lebih sama kayak aku. Atau malah lebih muda lagi. Miris banget liat generasi muda kayak gitu. Udah macam alat partai aja. Kalau caranya gini, aku jadi semakin enggak demen dan naruh respek sama yang namanya parpol. Eh, dari dulu aku emang enggak demen ding! 

Kok jadi mbahas parpol dan agama ya? 

Well, back to the topic, setelah muter-muter ampe kulit gosong, aku belum nemu sepeda yang harganya cocok di kantong. Hanya ada satu yang cocok. Sebuah sepeda yang dijual di toko sepeda di Ringroad Utara. Harganya Rp 400.000. Kualitas setara harga. Namun berhubung duit yang aku bawa kurang, aku enggak jadi beli hari itu. Mungkin besok Senin aku ke sana lagi. Mungkin. 

Menjelang Maghrib di Kos ULYA
Mbak Asih menanyaiku apakah sepedanya udah ketemu. Aku jawab belum. Yang membuat aku nyesek adalah tuh sepeda ternyata bukan milik Mbak Asih. Itu sepeda milik temannya Mbak Asih. Sepeda itu juga belum jadi hak miliki 100% persen Mbak Asih. Jadi agak ribet kalau sepeda itu hilang. Si empu sepeda yang asli sudah enggak kuliah. Mbak Asih udah agak sulit menghubungi sang pemilik asli sepeda. 

Bah! Musibah! 

Kok jadi ribet ya? Wah aku jadi sangat menyesal atas tindakanku. Sungguh. Ingin rasanya mengulang waktu. Tapi enggak mungkin kan? 
Galau
Aku mencoba sabar. Tenang. Pasrah. Ikhlas. Ini sudah di luar kehendakku.

Aku lalu mencurahkan permasalahanku ke Mas Fahmi Arafat Daulay. Beliau sudah aku anggap sebagi guru sekaligus motivatorku. Aku jelaskan apa yang terjadi. Aku bener-bener kalut. Mas Fahmi menyarankanku untuk melakukan sujud therapy. 

Apa itu sujud therapy? Gini setiap orang pasti memiliki masalah. Sujud therapy dapat dikatakan sebagai jalan spiritual menyampaikan curhatan/permasalahan kepada Allah ketika melakukan gerakan sujud dalam sholat. Saat kamu sujud, ceritakan permasalahnmu kepada Allah. Sebab hanya kepada Allahlah manusia bergantung. Hanya kepada Allahlah segala sesuatu akan kembali. Mengenai apapun hasilnya. Ikhlaskan. Pasrahkan. Biarkan Allah yang akan memberikan yang terbaik untukmu. Intinya apapun masalahnya hanya kepada Allahlah kamu bercerita. Dia sebaik-baiknya tempat bergantung. 

kemudian dalam sujud sholat Isya aku menceritakan permasalahanku kepada Allah. Aku harus ikhlas apapun hasil yang kudapat. Aku hanya bercerita saja. mengalir apa adanya...

Minggu, 12 April 2014. Pukul 21.33 WIB
Dua jam berlalu. Namun aku masih belum puas. Aku berikhtiar sekali lagi. Jika ikhtiarku yang terakhir ini gagal, mau tak mau aku harus menunggu jawaban dari temannya Mbak Asih. Jikalau memungkinkan aku harus mentransfer sejumlah uang pengganti dan sebagainya. 

Ikhtiarku kali ini adalah ke depan Mirota lagi. Entah angin apa yang membisikkanku untuk keluar. Ada penjual gudeg tengah malam di depan Mirota. Ada beberapa pembeli di sana. Aku bingung mau tanya siapa dan gimana menyampaikannya ke mereka. Yakin mereka liat tuh sepeda? 

Aku optimis. Aku akhirnya bertanya ke salah satu pekerja di sana. Ada 3 lelaki. Aku jelaskan titik permasalahan dan kronologinya. Beberapa saat mereka terdiam. Kemudian salah satu dari mereka berkata ke temannya, "barangkali sepeda biru yang kamu bawa." 

Yang ditunjuk bilang kalau dia ingin mengamankan sepeda biru yang nangkring begitu saja seolah-olah tak berpemilik. Dia simpan sepeda biru itu di garasinya yang ternyata lokasinya enggak jauh-jauh amat dari tempatku ngekos. 

Pfuhhhhh. Syukurlah. Akhirnya sepeda biru itu ketemu. Ini adalah tamparan sekaligus pelajaran berharga bagiku. Banyak banget hikmat yang kupetik. Salah satunya adalah sikap bertanggung jawab, kehati-hatian, dan perjuangan hingga titik darah penghabisan. Ikhlas. Pasrah. Berserah diri hanya kepada Allah. 

Terkadang di titik akhir kita menemukan jawaban. Jadi diikhtiarkan dulu. Jangan menyerah begitu saja dan patah semangat. Coba kalau siang itu aku jadi membeli sepeda di Ringroad Utara seharga Rp 400.000, Apa enggak sia-sia? Toh pemilik aslinya bukan Mbak Asih. Mbak Asih hanya minjam punya temannya. Otomatis aku harus transfer lagi sejumlah uang untuk menebus harga sepeda yang sudah kuhilangkan. Jadi kisaran aku mengeluarkan dana antara Rp 600.000 hingga Rp 700.000. Coba kalau malam itu aku enggak keluar bertanya ke pemilik atau pekerja di Warung Gudeg, apa sepeda biru itu bakalan ketemu? Jawabannya begitu dekat. Aku tinggal usaha sedikit lagi.

Cerita ini sungguh AMAZING. Subhanallah deh!!!

Rabu, 08 April 2015

Catatan Kecil (Dari Bumi ke Langit)

Aku buat quote. Simple aja. Lagi butuh suntikan semangat soalnya. Ini edisi menyemangati diri sendiri. Kalau tidak diri sendiri yang menyemangati, siapa lagi?
Eh satu lagi, kalau moodmu lagi enggak bagus, coba denger lagu ini. Judulnya "Bumi Ke Langit. Yang nyanyi Bondan Prakoso &Fade2Black di albumnya yang berjudul For All (2010). Yah siapa tahu kamu jadi bersemangat. jujur aku enggak suka liat orang sedih. Apalagi galau. Soalnya vibrasinya bisa menular. Senyum yah? Orang yang tersenyum itu manis lho... Enggak percaya? Coba ambil cermin, lalu senyum. Ah kamu manis kok. Bahkan menyemangati diri sendiri butuh energi dan keberanian. 

Quote yang aku buat mempunyai arti kira-kira gini : "Jika kelak kami berhasil menggapai cita-cita kami, jangan jadikan kami lalai dan sombong. Sebab kami ingin menjadi seperti bumi, yang tulus, sederhana, dan mau berbagi. Bismillah." 

Aku juga lagi ndengerin lagunya Bondan lho...

BUMI KE LANGIT
Teori simple tak sekompleks teori Darwin
Tapi tak gampang seperti coba menangkap angin
Contoh, standar manusia! Tapi standar yang mana
Karena semua ingin lebih dari sebelumnya

Jika satu tambah satu sama dengan dua
Kenapa hitunganku selalu saja tidak sama
Mungkin saja karena faktor x
Atau mungkin manusia selalu ikuti teks

Terkadang anak panahku melesat jauh
Terkadang ku tangguh lalu kemudian jatuh
Aku coba bangkit meskipun sulit
Kecepatan penuh dari bumi ke langit

Ku coba untuk bangkit.. dari bumi ke langit
Meski terasa sulit.. dari bumi ke langit
Terbang melayang.. bumi ke langit
Dari bumi ke langit.. dari bumi ke langit

You, you, you can see me when I (drop)
Rise again, I rise again (to the top)
Seperti ku turunkan kepada di atas debu
Saat bertemuNya walau jarang lima waktu

Mungkin ku rasaka apa yang kau rasakan
Dan mungkin kau tau rasanya bila tertekan
Sering ku bertingkah seperti Charlie Chaplin
Tak banyak bicara, bergerak seperti mesin
Smooth.. seperti tanpa gerakan
Mereka berfikir mungkin ku tak punya tujuan

Ku coba bangkit meskipun sulit
Meski terasa sulit, dari bumi ke langit
Terbang melayang.. bumi ke langit
Dari bumi ke langit dari bumi ke langit

Mohonlah ijin kepada Gusti Allah Sang Penjaga Hati agar diberi kelapangan dan kekuatan dalam menapaki hidup. Itu saja sudah.

Selasa, 07 April 2015

Kopdar Blogger KEB Chapter Jogja

yuhuiiiiii asyikkk! Besok tanggal 12 April 2015 KEB (Kumpulan Emak Blogger) Chapter Jogja ngadain acara Kopdar alias kopi darat darat di rumahnya Emak Primastuti Satrianto. Semoga acaranya seru! Ini kopdar pertamaku semenjak aku bergabung di komunitas KEB beberapa waktu silam. Aku mulai gabung di KEB sekitar akhir Februari 2015. Semenjak itu aku jadi semangat menulis. Menulis seperti candu bagiku. Gatal tangan ini jika tidak digerakkan untuk mengetik tulisan. Banyak sekali uneg-uneg yang nyempil di otakku, yang ingin aku tumpahkan dalam barisan kata-kata. Cieelahhhh. Tulisanku di blog adalah pemikiran, gagasan, dan juga curahan hatiku yang paling dalam. Daripada nulis catatan yang panjang di diary atawa sosmed (Ex. Facebook), mending aku ngeblog aja.
KEB atau Kumpulan Emak Blogger merupakan komunitas yang semua membernya adalah blogger wanita (ladies only). Komunitas ini dibuat untuk menjalin persahabatan dan juga memfalitasi semua perempuan yang suka nulis, ngeblog, atau sekedar curhat online di sosmed agar saling memberikan inspirasi, berbagai karya dan ide-ide positif sehingga bisa menjadikan tulisannya sebuah karya yang bermanfaat.

Sebutan Mak atau Emak adalah sapaan akrab dan khas antarmember KEB. Membernya emang sebagian besar adalah emak-emak yang suka nulis di blog. Tema parenting  adalah salah satu hal yang disukai member KEB. Enggak hanya parenting sih, di situ ada blogger yang mengulas tema tertentu seperti review produk (buku, film, gadget), fashion, make-up dan gaya hidup, menulis, bisnis, dan sebagainya. Gue berasa jadi emak-emak, padahal gue baru 20 tahunan dan gue masih kuliah. Gue kan masih unyu-unyu. SKIP! SKIP!!! Informasinya enggak penting banget sumpah.  
Well, tema acara pada kodar besok adalah mengenai Blogging dan Optimasi SEO. Duluuuu banget aku udah pernah dapat ilmu blogging dari diskusi TDA kampus Jogja (pembicara Eko Eshape), dan SEO aku dapat pas magang content writer selama 2 bulan di portal www.studyinjogja.com. Namun aku merasa ilmu yang kudapat belum cukup. Aku harus nambah ilmu lagi dari mereka yang sudah berpengalaman di bidang tersebut. Enggak nyangka banget beberapa waktu yang lalu sempat kepikiran pengin belajar lagi SEO, eh ternyata kopdar KEB kali ini membahas blogging dan optimasi SEO. Sesuatu banget kan? Klop deh antara apa yang aku pikirkan dengan apa yang aku dapatkan. Selain kedua materi tersebut, aku juga ingin memperdalam ilmu copywriting secara profesional. Bismillah semoga lain kali ada kesempatan belajar dan menerapkan ilmu copywriting. Bisa sih belajar otodidak lewat bantuan Mbah Google. Hehehehe :D 

Jangan lupa ya dresscode-nya baju berwarna orange. Acara ini free bagi member KEB wilayah DIY. Asyik ya, bisa dapat teman-teman baru dan memperluas networking. Berhubung konsumsi menggunakan sistem potluck, para peserta yang hadir diharapkan membawa cemilan sendiri-sendiri, entar dikumpulin atau dituker dan dimakan bareng- bareng. Rame-rame. Seru kan? Eniwey, aku mau bawa cemilan apa ya?

Minggu, 05 April 2015

Cerita Yang Belum Utuh (Part #2 Sebuah Pembuktian)

Ini ceritanya lanjut sekuel kedua dari postingan yang berjudul Cerita Yang Belum Utuh (Part #1 Aku & MJ) Ini nih awalnya kenapa aku dulu ngebet banget pengin bersaing dengan seorang kawan dari kelas IPA bernama MJ. Hanya untuk sebuah pembuktian. Kalau aku pikir-pikir dan flash back ke belakang, ternyata pengalamanku seru juga. Serius pula aku melakukannya. 

Stay here. I will write a story for you...

Between IPA and IPS Class (2009)
Aku enggak tahu dari mana rumor itu berasal. Apa dari kakak kelas, guru-guru, atau mungkin memang stigma itu sudah melekat kuat di alam bawah sadar mereka. Anak IPA lebih baik daripada anak IPS. Wait, aku dulu juga pernah berpikir demikian lho. Lho apa aku enggak jauh beda ya dengan mereka. Aku pernah berpikir bahwa anak IPA itu kerenlah. Pokoknya kalau sudah penjurusan kelas, aku bakalan milih kelas IPA. Ogah masuk IPS. Masa jawara olimpiade biologi tingkat kabupaten Pekalongan masuk kelas IPS. Apa kata dunia? Lha wong salah satu Big Reason aku masuk kelas IPA adalah agar aku bisa bergabung di kelas olimpiade biologi kok. Enggak sabar banget mempelajari kingdom animalia, plantae, protista, fungi, dan monera lagi. Juga melahap buku-buku tebal anak kuliahan macam histologi, ekologi, zoologi, kedokteran dasar, de el el. Siap-siap pula menghafal istilah-istilah latin yang bejibun dalam taksonomi Linnaeaus atau lebih populer dikenal sebagai binomial nomenclature. Wes gampange nama ilmiah mahkhluk hidup. Wuih belagu banget yah aku waktu itu. Pede amat. Ya ampun!

Alasan lain aku pengin masuk jurusan IPA ya karena IPA itu keren. Alasan macam apa ini? Apa logisnya coba? Sungguh tak berdasar. Stereotipe yang masih dipertahankan hingga sekarang. Ada yang bilang anak eksakta lebih unggul daripada anak sosial. Anak eksakta rajin-rajin dan disiplin orangnya. Anak eksakta punya segudang prestasi. Anak eksakta disukai banyak guru. Jika kamu termasuk kaum eksakta berarti kamu termasuk 'orang-orang yang terpilih.' 
Tak heran begitu banyak siswa kelas satu waktu itu berusaha mendapat nilai terbaik agar bisa masuk kelas eksakta alias IPA. Test IQ pun dikerjakan sebaik mungkin. Sebab di jurusan IPA itu hanya ada 3 kelas. Sedangkan IPS kelasnya ada 4. Jumlah yang enggak sebanding. Bahkan ada temanku yang berusaha mati-matian agar bisa masuk di kelas IPA. Sementara yang lain, yang nilainya mepet atau pas-pasan hanya bisa pasrah dan berdoa. Mengharap keberuntungan bisa masuk ke kelas IPA. 
Aku cuma mesam-mesem melihat gelagat dan intensi dari tiap-tiap temanku. Jangan berprasangka aku pilih IPA. Aku pilih IPS kok. Malah aku berjuang dan berdoa mati-matian agar bisa masuk kelas IPS. Ada satu hal yang mengubah cara pandangku mengenai jurusan IPS. Apa itu? Hmmm.... Do alias Drop Out. Percaya enggak aku dulu pernah drop out? Ya sudah kalau enggak percaya aku akan tulis di postingan yang lain. Sebuah cerita tentang drop out yang mengubah hidup serta cara berpikirku. Back to the topic, IPS. Aku ingin mempelajari ilmu sosial dan ekonomi. Karena menurutku ilmu ini fleksibel dan selalu mengalami perkembangan. So, tak ada salahnya aku menjajal dan mempelajari ilmu sosial kan? 

Namun, keinginanku masuk di jurusan IPS ditentang kuat oleh wali kelasku sendiri, Bu Tri Lasmini. Beliau enggak ingin aku gabung di kelas IPS. Lagian beliau tahu prestasiku seperti apa waktu SMP. Sangat disayangkan jika aku melepas bakat ilmiahku begitu saja. Mungkin beliau khawatir aku menjadi stagnan, alias tak berkembang di kelas IPS. Aku pun mencoba meyakinkan wali kelasku dengan sejumlah alasan logis kalau aku akan baik-baik saja di kelas IPS. Lagipula mau gimana lagi, test IQ yang aku ikuti membuktikan bahwa aku lebih cocok masuk jurusan IPS kalau enggak bahasa. Skor test-ku juga rendah. Jika dikonversi dengan huruf maka nilai yang muncul adalah C. Apa C? ada plusnya sih. Etapi aku masuk golongan idiot enggak sih dengan skor seperti itu? Rata-rata temanku kan mendapat B. Lha aku? Ya sudahlah. Toh nilai hanyalah nilai. Aku bukan tipe manusia yang dinilai kecerdasannya berdasarkan angka-angka statistik sebuah test IQ atau test psikologi lainnya.

Sebelum itu aku akan beberkan sejumlah stigma atau stereotip negatif yang melekat kuat di jurusan IPS. Mindset seperti itu bukan hanya menganggu, tetapi juga membelenggu. Bagaimanapun opini macam itu akan membenak dan membentuk model kasta, yang membedakan golongan IPA dan IPS. inferior dan superior gitulah. Itu yang aku benci! 

Apa saja stigma negatif anak IPS? Yups coba aku ulas secara umum. Anak IPS adalah paradoks dari anak IPA. Anak IPS lebih dikenal sebagai anak pemalas. Tukang bolos. Jago berantem. Sering telat. Tidak disiplin. Enggak berprestasi. Jika anak IPS dan IPA berantem, tapi yang salah anak IPS, opini publik menyatakan 'ah biasalah anak IPS, suka berantem, enggak heran aku.' Namun jika berlaku sebaliknya, maka opini yang muncul, 'enggak mungkin, enggak percaya anak IPA ngelakuin hal itu.' Fair enggak sih kedengerannya? Anak IPS dikenal sebagai sosok anak badung. Tampang kriminal. Kaum kamfret!

Apapun jurusan yang dipilih, baik IPA atau IPS it is fine. Enggak usahlah koar-koar dan banyak cakap tentang pilihanmu itu, seolah-olah jurusanmu adalah jurusan terbaik di dunia. Slow down baby. Tenang lho kayak aku. Jurusan yang kamu pilih adalah opsi yang akan mengantarkanmu menjejak masa depan. Bukan hanya itu. Jurusanmu adalah cerminan bakat dan juga kekuatanmu. Berdayakan! Manfaatkan! Sudah itu saja. 

Ye ye ye la la la, *nyanyi di pojok kelas. Akhirnya aku bisa masuk jurusan IPS. Ketika penerimaan rapor wali kelasku dengan setengah rela menulis keterangan kenaikan kelas di program IPS. Beliau juga memberi wejangan agar aku tetap rajin belajar (*ketap-ketip, aku kan anak rajin bu, baik hati, tidak sombong dan rajin menabung). 

Sejak saat itu aku pun bersumpah. Dengan sumpah PALAPA Patih Gajah Mada, aku akan menyatukan seluruh Nusantara! Ing ngarso sung tuladho.Ing madyo mangun Karso.Tut wuri Handayani. Lho kok? maaf ... maaf itu kan mantra saktinya Ki Hajar Dewantoro, tokoh pendidikan Indonesia. 

Aku ulangi lagi. Sejak saat itu aku bersumpah akan membuktikan bahwa menjadi anak IPS itu HEBAT! Aku akan menghapus stigma itu! Tidak ada yang membanding-bandingkan anak IPA dan IPS lagi, karena ini cuma soal  pilihan. IPA is okay. IPS is fine. Anak IPS juga bisa berprestasi. Anak IPS enggak kalah sama anak IPA kalau soal OTAK! Aku sudah kadung geram soalnya dengan anggapan-anggapan miring tentang anak IPS. Anak IPS adalah anak-anak buangan yang tidak diterima di kelas IPA. Kami kaum yang tersisihkan. But i was really proud to be part of KAUM KAMFRET! Why not?! The thing that i needed at that time was to prove my declaration. It was more than a promise. It was a war! War of myself!

Pembuktian Pun Dimulai...
 Kelas XI IPS I dengan wali kelas bernama Pak Djakimin. Beliau juga mengajar mata pelajaran geografi, favoritku. Aku suka kelas ini. Sangat multikultur penghuninya. Dari yang chinese ampe Batak. Dari yang kurus  ampe gemuk. Berambut lurus versus keriting. Ada golongan anak rajin dan si tukang nyontek. Ada golongan si pembuat onar, si tukang bolos, tukang jajan di kantin, anak gokil dan masih banyak lagi. Aku suka aneka warna itu. Impressive. Sangat menarik.

Setelah berusaha cukup keras selama 6 bulan, akhirnya aku diberi kesempatan untuk ikut kelas olimpiade. Kami di sini dilatih secara disiplin dan private oleh guru mata pelajaran yang terkait bidang olimpiade. Jurusan IPS hanya bisa mengikuti olimpiade ekonomi. Itu Thok! Bidang lain seperti olimpiade kebumian, astronomi, fisika, kima, dan matematika adalah santapan gurih anak-anak eksakta. Oke cerita ini akan aku skip karena akan terlalu panjang jika diuraikan. Namun akan aku posting dalam #edisi khusus Olimpiade Ekonomi (SMA) dan Olimpade Biologi (SMP) di lain kesempatan. 

Tak sia-sia apa yang kukerjakan selama itu. Aku berusaha lebih keras dari yang lain. Aku berdoa lebih banyak. Fokus dan keyakinanku menang begitu kuat. Seakan-akan di depan mata. Aku ingin sejajar dengan anak-anak dari sekolah unggulan di wilayahku yang sering menjadi jawara olimpiade. Aku ingin selevel dengan mereka. Aku cuma punya satu kesempatan. Maka tak kusia-siakan itu. Dulu waktu SMP aku pernah memecahkan rekor, karena menjadi siswa pertama di SMP 1 Tirto yang berhasil menjadi jawara olimpiade tingkat Kabupaten Pekalongan. Tak tanggung-tanggung, juara 1 pula! Lalu kenapa euforia itu tidak aku coba di SMA? Aku terus menanamkan afirmasi positif di alam bawah sadarku. Aku bisa menjadi jawara!
Finally pengumuman dari kompetisi tersebut menyatakan bahwa aku menjadi juara 1 dan terpilih menjadi delegasi sekolah di tingkat provinsi Jawa Tengah. Bukan hanya itu. Di kompetisi yang lain, yakni lomba mata pelajaran ekonomi aku juga meraih juara 1. Di olimpiade akuntansi yang diselenggarakan Universitas Pekalongan aku berhasil meraih juara 3. Aku melawan siswa SMK akuntansi yang notabene sudah mumpuni di bidang akuntansi. Juara 1 dan 2 anak SMK, sedang juara 3 adalah aku. Kata Pak Maryanto, 'jika kompetisi ini tandingnya antar-SMA arinta, bisa jadi kamu juara 1.' Demikian guruku berupaya menguatkanku. Selain di kompetisi, di bidang akademik prestasiku juga lumayan bagus. Aku juara bertahan. Ranking 1 pararel se-jurusan IPS. Nilaiku setiap semester selalu naik. 

Guru agamaku, Bu Nisa sempat memberiku applause dan pujian atas pencapaianku. Kata beliau aku mengharumkan nama IPS yang notabene sering dicap miring. Stigma guru-guru mulai berubah. Baru kali ini ada anak IPS luar biasa. Memang sih stigma yang sudah melekat enggak hilang begitu saja. Masih saja ada guru yang beranggapan kalau anak IPS itu enggak ada apa-apanya dibanding anak IPA. Namun paling tidak pembuktianku telah meruntuhkan tembok yang begitu kuat melekat di benak mereka. Aku merasa ada sedikit perubahan perlakuan terhadap kami. Bu Maya, guru matematika sekaligus wali kelas saat aku kelas 3 begitu bersemangat mengajar kami, anak-anak IPS. 

Semangat itu menular. Di kelas 3, aku duduk sebangku dengan Simon. Dia itu tipikal cowok geek yang sukanya main game dan usil. Menjelang ujian tempat duduk kami ditukar. Aku akhirnya duduk sebangku dengan Simon. Simon yang males belajar aja jadi ketularan ikut rajin. Aneh banget sumpah. Dia juga jadi suka matematika dan geografi. Sepertinya semangat kompetisi dan daya juangnya begitu kuat. Nilai-nilainya meroket. Simon ini sebenernya pintar, tapi lingkunganlah yang membuatnya menjadi sosok yang seperti itu. Dia punya genk. Eh dia anak genk sih sebenernya. Tapi aku senang banget diriku bisa memberikan semangat positif pada dirinya. Simon kuliah di PTS Semarang, ambil akuntansi juga sama kayak aku. 
Enggak hanya itu. Adikku yang baru masuk SMA, setelah aku 'racuni' otaknya, akhirnya memilih jurusan IPS. Terbukti di jurusannya dia berprestasi dan disegani. Stigma negatif itu mulai luntur, Anak IPS bisa HEBAT kok! Guru-guru pun bersemangat mengajar di kelas IPS. Ah semoga atmosfer itu hingga kini masih ada dan melekat. Amin :D

3.39 WIB. Sudah waktunya kamfret (kalong) ini tidur.

Cerita belum selesai ...

Jumat, 03 April 2015

Cerita Yang Belum Utuh (Part #1 Aku & MJ)

Dear Sobat,

Sobat, pernahkah kamu memiliki seorang kawan sekaligus rival? Semangat juang dan prestasinya membuatmu iri? Ya aku punya. Dia adalah seorang rival sekaligus sahabat yang kukagumi. Seorang rival yang menginspirasi. Kamu ingin seperti dia, walau kamu bukan dia? Oh tidak... tidak, mari aku sedikit klarifikasi. Kamu ingin seperti dia, sehebat dia, tapi dengan caramu sendiri. Orisinalitas. Yang kamu perlukan adalah sesuatu yang muncul dari dirimu dan bersifat orisinal. Untuk menjadi hebat kamu tidak perlu menjadi orang lain. Karena aku percaya bahwasanya setiap manusia dilahirkan dengan keunikan masing-masing. 

Unik. Berbeda. The only one

Ibarat bermain game. Setiap pemain pasti memiliki sesuatu yang membedakan dirinya dengan pemainnya lainnya. Entah itu skill, strategy & tactic, kecepatan, senjata, level, dan sebagainya. Begitu pun dengan medan tempur yang harus dihadapi dan juga musuh-musuh. Setiap pemain memiliki caranya masing-masing agar bisa bertahan hingga garis akhir. Demikian pula dengan garis takdir yang diciptakan Tuhan. Tuhan telah menetapkan ukuran yang berbeda pada tiap manusia. Sepasang bayi kembar pun memiliki kode genetika dan garis takdir yang berbeda bukan? Yang harus dilakukan manusia adalah menemukan. Menggali lebih dalam. Kontemplasi. 

Masihkah iri dengan pencapaian orang lain? Apakah iri itu buruk? Aku rasa tidak. Iri itu wajar. Sangat manusiawi. Ketika seseorang melampui dirinya sendiri dengan menghasilkan segudang prestasi itu adalah hal yang wajar. Intensi. Tekad. Kerja keras. Kesungguhan. Doa. Hal-hal seperti itulah yang membedakan manusia rata-rata dan manusia luar biasa. Jika iri itu melecutmu menjadi semangat, gairah yang powerfull dan memberdayakanmu menuju sukses, itulah iri yang berdampak positif. Namun jika iri itu menjadikanmu sakit hati, merasa rendah diri, hina, minder, benci, itulah iri yang berbahaya. Hati-hati mengelola hati. Apalagi jika sudah muncul rasa iri.

Namun sekarang aku tidak iri pada sahabatku itu. Mungkin dulu pernah terbersit secuil rasa bernama iri. Namun aku segera menepisnya. Aku punya keyakinan bahwa aku bisa sehebat dia dengan caraku sendiri. MJ nama sahabatku itu. Miftakhul Jannah nama lengkapnya. Namun oleh teman-temannya biasa dipanggil MJ. 

MJ anak IPA. Aku anak IPS. Dia ikut kelas olimpiade kimia. Aku ikut kelas olimpiade ekonomi. Dia ranking 1 pararel se-jurusan IPA. Aku ranking 1 pararel se-jurusan IPS. Dia pernah menyabet juara 1 pada lomba mata pelajaran kimia. Aku pernah menyabet juara 1 pada lomba mata pelajaran ekonomi. Kami sama-sama menjadi delegasi sekolah pada lomba tersebut tingkat propinsi Jawa Tengah. Dia delegasi sekolah pada kompetisi bergengsi OSN Kimia. Aku juga delegasi sekolah pada kompetisi bergengsi OSN Ekonomi. Dia masuk 10 besar di OSN Kimia. Aku juara 1 OSN Ekonomi. Dia pernah ditawari oleh guru BK beasiswa penuh (semacam beasiswa etos) di UGM. Akupun demikian (beasiswa ini hanya untuk peraih prestasi terbaik dan nilai tertinggi di jurusan IPA dan IPS). Dia dihargai dan dihormati guru dan rekan di jurusan IPA. Aku dihargai dan dihormati guru dan rekan di jurusan IPS. Dia kuliah di Unnes ambil prodi kesehatan masyarakat. Aku kuliah di UNY ambil prodi akuntansi. Dan kami sama-sama mahasiswa BIDIK MISI. Aku cerita ini enggak bermaksud sombong atau pamer. Tapi ini fakta antara aku dan MJ.

Cerita ini belum selesai. Cerita ini masih berlanjut. Ikuti kisahku ...

Suatu Siang di GOR Jatidiri
Siang itu begitu terik. Kami rombongan tim supporter robot UNY tiba sekitar pukul 12.00 WIB atau mungkin malah lebih aku lupa. Rombongan ini terdiri dari mahasiswa-mahasiswa teknik elektro & mekatronika dan beberapa rekan UKM Rekayasa Teknologi. Aku satu-satunya anak akuntansi sableng yang nyasar di rombongan ini. Bukan tanpa alasan sih. Akan aku ceritakan alasannya di kisah yang lain, Cerita Yang Belum Utuh Part#3.

Sebelum memasuki ruangan GOR, kami menikmati makan siang terlebih dahulu . Enggak mewah sih. Cuma nasi bungkus, beserta kerupuk dan segelas air mineral sahaja. Sangat sederhana. Khas anak Kos. 

GOR Jatidiri Semarang, 10 Mei 2014. Tempat berlangsungnya kompetisi itu. Kontes Robot Indonesia (KRI) regional III DIY-Jateng. Final Session. Suasana ramai. Banyak pedagang makanan. Juga bis-bis yang berisi rombongan supporter dan tim robot masing-masing universitas. Mahasiswa mengelompok berdasarkan jas almamater dan juga warna kaos yang mewakili nama tim atau kampus.

Kami kemudian memasuki GOR. Kemeriahan itu sudah tampak. Masing-masing tim pendukung atau supporter dari tiap-tiap universitas meneriakkan yel-yelnya. Mendukung dan memberi semangat tim robot yang sedang bertanding. Mirip mirip fans atau supporter sepakbola gitu. Mereka mendukung tim kebanggaanya.
Segenap panitia narsis
Tim Robo Seni UNY Rosmeri (Kanan berbaju putih berkerah biru)  sedang bertanding dengan tim universitas lain.
Oh ya kuperkenalkan, nama supporter robot UNY adalah ROBOHOLICRAZY. Kalau dari UGM namanya ELEGANS singkatan dari Electro Hooligans. Dari universitas lain macam Unisula dan Unnes aku lupa namanya.
Tema kontesnya adalah TAMAN BERMAIN ANAK INDONESIA. Tuan rumah penyelenggara adalah Unissula. Ada 69 tim dari 24 universitas se-DIY Jateng yang siap bertanding. Memperebutkan tiket menuju final tingkat nasional di Yogyakarta pada tanggal 18-22 Juni 2014. alhamdulilah kampusku UNY terpilih sebagai tuan rumah di tingkat nasional. Nama-nama tim robot UNY : Maestro Evo, Mobo Evo, Al-Aadiyaat, Gareng Punk, dan Rosmeri.
www.kriunisulla2014.com
Sudah itu dulu. Cerita selesai. Belum... belum CUT CUT. Masih ada missing link. Bagian yang belum diceritakan. Oke deh lanjut.

Pada pertengahan pertandingan tiba-tiba aku pengin ke toilet. Mukaku udah kucel enggak karuan. Suaraku sudah serak. Aku juga pengin menata jilbabku yang ancur berantakan. Perutku juga rada kembung kebanyakan minum air mineral.
Muka-muka kucel, lecek, dan ancur para supporter robot ROBOHOLICRAZY
Akhirnya aku ke toilet. Fiuhhhhh lega deh rasanya. Seketika aku sedang menata jilbab, seseorang yang kukenal berdiri di sampingku menghadap cermin. Tebak siapa? Tadaaaa! Dialah MJ, temanku waktu SMA. Aku enggak nyangka lho bisa ketemu dia di sini. Suatu kebetulan yang tidak disangka-sangka. Eh bukan ding, bukan kebetulan. Itu takdir.

Kami saling tersenyum. Menyapa. Melepas kangen setelah sekian lama tak bertemu. Kami ngobrol bentar. Ternyata eh ternyata dia bisa ikut di event ini karena dia tergabung dan menjadi pengurus di UKM Riptek. Apa itu UKM Riptek? UKM Riptek adalah organisasi minat bakat mahasiswa tingkat universitas (Unnes) yang bergerak di bidang Riset, Ilmu Pengetahuan, dan Teknologi makanya dinamai Riptek.
Logo UKM Riptek
Oalahhhhh hahaha :D. Lha, enggak jauh beda sama aku yah? Aku bisa ikut event ini karena tergabung di UKM Rekayasa Teknologi, singkatnya Restek. UKM Restek menampung aspirasi mahasiwa tingkat universitas (UNY) di bidang rekayasa teknologi.
Logo UKM Restek
Wait, wait... ini cerita memang belum selesai. Kami memang terpisah jarak. Tapi aku yakin suatu saat nanti aku dan MJ akan dipertemukan kembali. Mungkin pada saat reuni sekolah. Saat itu kami akan ngobrol banyak hal dan tertawa-tawa mengenang masa lalu dan kekonyolan kami. Mungkin aku sudah menikah dan punya anak. Begitu pun MJ. But, siapa tahu lho aku dan MJ kelak menikah dengan anak teknik, wuihhh itu pasti akan menjadi persamaan paling konyol yang pernah kami miliki.

Cerita Belum Selesai...

Rabu, 01 April 2015

Romantic

I dont know why this picture enganged me so much. Oh dear, i want to have life like this. How nice, fun and, romantic  isn'it? A soulmate of my life? Who you are? Are you an engineer? Pictures talk more. Love is never flat. Love is gorgeous. Love is about 2 hearts. You and Me.

#Mblo udah jam 3.14 WIB. SADAR. SADAR !!! Cuci tuh muka. Dasar Imsomnia level Dewa. Susah deh.

Sumber :Link Sumber

Enjoy life. Be Hearty

Dear April,
Aku nemu sebuah tulisan di newsfeed Facebook. Tulisan ini tentang kesederhanaan, hidup sederhana. Hidup merasa cukup dan bersyukur. Ah tulisan ini sebenarnya sebagai self reminder buat diriku sendiri. Dulu aku pernah membenci hidupku. Benci atas pilihan takdir yang aku terima. Aku merasa hidupku paling menyedihkan di dunia. Aku merasakan ketidakadilan. 

Sampai aku lupa mensyukuri anugerah-anugerah kecil dariNya yang selalu melingkupiku. AnugerahNya memang indah. Tak terkira. Tiadalah Dia menciptakan sesuatu tanpa ukuran. Begitu pun dengan takdir. Takdir ini sedikit demi sedikit mulai tersingkap. Teka-teki kehidupan terungkap. Aku mulai merakit mozaik-mozaik mimpiku yang masih berserakan. Akan kukumpulkan kelak hingga menjadi suatu kesatuan yang utuh.  Hidup memang tidak sesederhana yang dipikirkan bukan? Aku punya sebuah cerita. Sebuah cerita yang belum utuh.

Aku pun punya banyak pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan kehidupan yang kuajukan kepada Tuhan Allah. Terkadang untuk satu pertanyaan membutuhkan jawaban yang panjang dan berliku. Jawaban bisa diberikan secara instant. Seketika itu juga. Namun bisa berlaku sebaliknya. Tuhan adil. HitunganNya pasti. Jawaban itu pasti datang walau membutuhkan sekelumit proses. Agar apa? Agar kita mampu mengikat makna. Mencari esensi. Mencapai level kesadaran. Hidup memang penuh pertanyaan tetapi menyediakan jawaban tepat pada waktunya. Be simple. Be hearty. Bismillah :D