Kamis, 19 Maret 2015

Aku dan Silfiana

Beberapa hari sebelumnya, Silfi sahabatku di kelas Akuntansi A mengirim sebuah SMS. Intinya dia menanyakan kabarku dan keberadaanku di mana. Kok sekarang aku menghilang dari sosial media, terutama facebook. Jarang sms. Jarang ketemu di kampus. Pokoknya benar-benar lost contact-lah. Selain Silfi juga ada beberapa teman sekelasku dan juga teman organisasi yang menanyakan kabar dan keadaanku. Sms-sms yang masuk itu kadang aku diamkan begitu saja. Tak kurespon. Beberapa minggu aku ingin menenangkan diri. Menjauh dari segala macam hiruk pikuk dan pertanyaan nyinyir. Kapan wisuda? Kapan skripsi kelar? Kapan nikah? dan kapan-kapan yang lain. Ughhhh. 
Aku (kiri berbaju putih). Silfi (kanan berbaju hitam)
Selepas sesi foto bareng khusus kelas akuntansi A 2011, aku bilang ke Silfi akan nginep di kost-nya hari Sabtu kemaren. Namun karena sesuatu hal aku tidak bisa. Akhirnya Rabu kemaren selesai kelas akuntansi perbankan aku bertandang ke kost Silfi.

Silfi ini anaknya gimana ya? Hmm...manis dan kalem. Cita-citanya ingin kerja di dunia perbankan. Kalau aku sendiri malah pengin jadi penulis dan pengusaha rumah makan. Sumpah gak nyambung sama jurusan akuntansi. Silfi orangnya fokus, rajin, dan pinter. Aku mah apa atuh. Kebalikannya. Prediksiku nih, silfi bakalan lulus cum laude. IPK nya aja dah cumlaude.

Di kost kami ngobrol banyak hal. Mulai dari kisah asmara anak kampus. Wuiiidih. Skripsi. Kasus penipuan berkedok MLM. Brevet pajak. Gosip kelas. Hingga mereview perjalanan kami selama 4 tahun terakhir ini. Waktu 4 tahun bukanlah waktu yang singkat pemirsa. Banyak hal telah terjadi. 

Semua itu menjadikan aku merenung. Menginstrospeksi diri. Jauh ke dalam. Banyak hal yang telah kulalui. Dari mulai kebodohan dan kecerobohanku. Keterlambatanku di kelas. Semangatku di organisasi. Mimpi-mimpiku yang belum terwujud. Ahhh panjang memang. Lalu mulai muncul pertanyaan-pertanyaan baru. Apa yang akan aku lakukan setelah wisuda? Manfaat atau kontribusi macam apa yang akan aku berikan ke lingkungan sekitarku? 

Di kelas aku dikenal sebagai sosok pendiam. Mungkin aku anak paling autis di kelas. Tidak banyak berkata-kata. Aku pecinta ketenangan dan pembenci keramaian. Jika kelas penuh dengan suara-suara, aku mudah jenuh. Yang kulakukan tidak banyak. Hanya diam layaknya patung. Sisi introvertku mendominasi ketika aku berada kelas. Silfi pun demikian. Silfi merasakan apa yang aku rasakan. Silfi juga intovert. Sama seperti aku.

Apa yang Silfi pikir tentang aku? Silfi pernah bilang kalau aku seperti tidak memiliki nyawa di kelas. Jiwaku bukan di akuntansi.Aku memang telah salah memilih jurusan. Setelah kurenungkan sekian lama aku lebih cocok masuk ke jurusan sastra, boga, atau seni rupa. Bukan akuntansi. Jika di fakultas ekonomi, mungkin jurusan manajemen lebih cocok di aku. So, di kelas aku ada tapi tak bernyawa. Tidak mati tapi mirip zombi.

Iklim kompetitif juga nampak di kelasku. Aku tidak tertarik. Aku bukan tipe mahasiwa yang terobsesi nilai atau IPK-oriented. Aku juga tidak mau menghafal buku-buku tebal hanya untuk mendapat point A di kelas. Tidak suka membuat resume. Bagiku meresume apa yang sudah ada di buku dan menuliskannya kembali ke dalam beberapa lembar kertas folio bergaris adalah tindakan yang waste time dan membuang-buang energi. Membuang-buang kertas pula. Untuk apa? Setiap anak memiliki gaya belajar yang berbeda. Dan membuat resume adalah sesuatu hal yang tidak aku suka. Ini khusus resume tugas kuliah lho. Kalau aku diminta membuat resume atau mereview buku fiksi dan nonfiksi, film, atau makanan aku pasti mau. Tentunya di ketik di lembar kerja Ms Word ya. Bukan di kertas folio bergaris. 

Silfi juga bilang aku ini sableng konyol orangnya. Hah!!! Bisa jadi. Bisa Jadi. Pernah suatu ketika aku ijin kepada dosen pada saat mata kuliah Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Ijin ke belakang. Belakang yang mana? Toilet? Bukanlah. Aku pergi beli snack dan gorengan di kantin. Habis aku laper. Pepatah bilang " Tak ada logics tanpa logistics." Mudeng kan maksudnya? Jadi gini, kalau kamu dalam kondisi laper berat terus kamu dipaksa mendengarkan presentasi sambil mencatat materi, yakin kamu bakalan bertahan? kalau aku sih enggak. Keputusan darurat ini akhirnya aku ambil. 

Sekembalinya di kelas silfi tanya, "Ta kamu habis dari mana?"
"Makan." Jawabku enteng tanpa merasa bersalah. 

Aku sableng kan? 

Silfi ngakak mengingat cerita itu. Aku saja sudah lupa. Ya Silfi kembali mengingatkanku pada hal-hal konyol apa saja yang sudah aku lakukan di kelas. Terkadang hal-hal konyol seperti itu yang menjadikan hidup seseorang menjadi seru, berwarna, dan enggak garing bukan?

1 komentar:

  1. thanks ta buat semuanya :) aku udah bales chatmu di fb yg malah lebih panjang drpd yg km tulis disini lo..hehe.. tetep semangat arinta, km itu jauh lebih baik daripada apa yg km pikir tentang diri km sendiri.. thanks udah jadi sahabatku sampai sekarang, yg gak pernah berubah unik dan konyolnya..

    BalasHapus